Gadai Emas Reguler
Gadai Emas Opsi
Gadai Elektronik
Dalam sistem keuangan syariah, gadai atau dalam istilah Arab dikenal sebagai rahn, menjadi salah satu alternatif pembiayaan yang sah dan sering digunakan masyarakat. Namun, agar akad gadai ini sah dan sesuai dengan hukum Islam, maka harus memenuhi syarat dan rukun gadai yang telah ditetapkan oleh para ulama.
Pada artikel ini, kami akan membahas secara komprehensif mengenai rukun gadai, unsur-unsur yang terkait, serta ketentuan-ketentuan penting lainnya yang wajib dipahami oleh umat Muslim dalam melakukan transaksi gadai.
Apa Itu Gadai (Rahn) dalam Hukum Islam?
Gadai dalam pengertian syariah adalah menahan suatu barang sebagai jaminan terhadap utang yang dapat digunakan untuk melunasi utang tersebut jika pihak yang berutang tidak mampu membayarnya. Dalam istilah fikih, rahn berarti “menahan sesuatu dalam kekuasaan sebagai jaminan utang”.
Rukun Gadai dalam Islam
Rukun adalah unsur utama yang harus ada dalam suatu akad agar sah. Berikut adalah rukun gadai menurut para ulama fikih:
Pihak yang Berakad (Al-‘Aqidain)
Pihak-pihak yang terlibat dalam akad gadai terdiri dari dua, yaitu rahin, yaitu orang yang menggadaikan barang atau pemberi jaminan, dan murtahin, yaitu pihak yang menerima barang gadai atau penerima jaminan.
Agar akad gadai dianggap sah, kedua belah pihak harus memenuhi syarat-syarat yaitu sudah baligh dan berakal sehat, melakukan akad secara sukarela tanpa paksaan, serta cakap hukum dalam melakukan perikatan.
Objek Gadai (Marhun)
Marhun adalah barang yang dijadikan sebagai jaminan dalam akad gadai. Barang ini harus memenuhi beberapa syarat, yaitu merupakan benda yang berharga dan memiliki nilai ekonomis, dimiliki secara sah oleh rahin (pihak yang menggadaikan), dapat diserahkan kepada murtahin (penerima gadai), serta bukan termasuk barang yang haram menurut ajaran Islam.
Contoh marhun yang sah antara lain adalah emas, perak, kendaraan, rumah, sertifikat tanah, atau barang bergerak lain yang memiliki nilai tinggi. Sebaliknya, barang-barang seperti minuman keras, babi, atau benda yang diperoleh dari hasil pencurian tidak sah dijadikan objek gadai dalam Islam karena bertentangan dengan prinsip syariah.
Utang (Marhun Bih)
Marhun bih adalah jumlah utang atau piutang yang menjadi dasar terjadinya akad gadai. Tanpa adanya utang, maka akad gadai tidak bisa terjadi. Utang harus: jelas nominalnya, jelas jatuh temponya, disepakati oleh kedua pihak
Ijab dan Qabul
Dalam setiap akad syariah, termasuk gadai, ijab dan qabul menjadi bagian yang sangat penting. Ijab adalah pernyataan dari salah satu pihak untuk mengadakan akad, sedangkan qabul adalah penerimaan dari pihak lain.
Ijab qabul dapat dilakukan secara: lisan (ucapan langsung), tertulis (melalui dokumen), isyarat yang bisa dimengerti (bagi yang tidak mampu berbicara)Tanpa adanya ijab dan qabul yang sah, maka akad gadai menjadi batal menurut syariat.
Manfaat Memahami Rukun Gadai
Dengan memahami rukun dan syarat gadai menurut hukum Islam, umat Muslim dapat memperoleh beberapa manfaat penting. Di antaranya adalah menjaga transaksi agar terhindar dari unsur yang batil, serta memastikan bahwa akad yang dijalankan sah dan membawa keberkahan.
Selain itu, pemahaman ini membantu dalam mengelola keuangan secara syariah serta memungkinkan penggunaan layanan gadai syariah secara aman dan sesuai dengan ketentuan hukum agama.
Mau Gadai dengan Syariat Islam? Gadaiku Syariah Jawabannya!
Rukun gadai adalah pondasi utama dalam akad rahn yang harus dipenuhi agar transaksi sah dalam pandangan syariah. Keempat rukun yaitu pihak yang berakad, objek gadai, utang, dan ijab qabul menjadi penentu keabsahan dan keberkahan dalam gadai.
Jika ingin menggunakan layanan gadai, pastikan memilih lembaga yang menerapkan prinsip-prinsip gadai syariah, seperti gadaiku syariah.
Jika Anda membutuhkan informasi lebih lanjut atau ingin berkonsultasi langsung, silakan hubungi Call Center kami di nomor 0816-600-778. Tim kami siap membantu Anda. Untuk alternatifna, bisa juga dapat menekan tombol di bawah untuk menemukan lokasi unit syariah terdekat dari tempat Anda berada.
